Sabtu, 12 Februari 2022

Nanakusa, Tradisi Makanan Sehat Awal Tahun Masyarakat Jepang

Persiapan Bahan-bahan Nanakusa-gayu

Orang Jepang selalu punya tradisi yang dilakukan setiap musim, mulai dari musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. 

Begitu pun dengan pergantian tahun atau tahun baru. Masyarakat Jepang melakukan tradisi Makan Osechi, masakan yang diletakkan di atas wadah tradisional Jepang untuk tahun baru, yang dinikmati bersama keluarga.

Perayaan tahun baru bagi orang Jepang dirayakan mulai dari tanggal 1 hingga 6 Januari setiap tahunnya. Nah, di pengujung tanggal tersebut ada masakan khusus yang harus disiapkan sebagai penutup tahun baru yang disebut Nanakusa-gayu, bubur yang dimasak dengan tujuh jenis daun-daun herbal.

Yang menjadi ciri khas dari bubur Nanakusa-gayu adalah dimasak dengan tujuh jenis daun herbal, yakni daun Seru, Nazuna, Hakopela, Suzuna/Kabo, Suzushilo/Daikon, Hotokenoza, dan Gogyou.

Sejarahnya Nanakusa-gayu ini sendiri berasal dari daratan China sekitar 1000 tahun di masa Heian.

Di pengujung tahun 2020 saya dapat kesempatan untuk ikut bagian langsung dalam menyiapkan bahan-bahan Nanakusa dari petani hingga proses pengemasan untuk dijual ke pasar.

Kegiatan ini menjadi momen yang tidak terlupakan, karena selain bisa melihat langsung pertanian ketujuh tanaman herbal tersebut dan dilakukan di musim dingin. 

Setiap paginya saya dan beberapa teman lainnya berangkat dari penginapan yang disediakan oleh pihak pertanian menuju lokasi yang berada di Kunisaki, Oita. Di sana terdapat banyak sekali rumah kaca yang digunakan untuk mengembangkan ketujuh jenis tanaman herbal tersebut. Terlihat juga ada beberapa pekerja yang berasal dari masyarakat sekitar.

Pemisahan Daikon

Setiap harinya kami bertugas untuk menyeleksi produk yang baik dan bagus untuk dikemas sedangkan yang jelek dan buruk dibuang. Setiap pekerja memiliki tugas masing-masing. Saya sendiri bertugas memilih dan memilah Suzuna atau Kabo dan Suzushilo atau Daikon. 

Di proses ini saya melihat bagaimana ketatnya pengawasan kualitas produk orang jepang. Ada banyak juga produk yang menurut mereka tidak bisa digunakan hanya karena cacat sedikit saja. Ada rasa bersalah ketika melihat banyak produk yang dibuang, tapi pihak pertanian mengatakan kalau produk-produk yang cacat, rusak dan tidak layak jual ini nantinya akan diolah lagi untuk penanaman selanjutnya.

Kegiatan ini berlangsung selama 10 hari hingga semua produk bisa dikemas dan dipasarkan sebelum tanggal 7, sehingga pembeli sudah bisa menyimpannya di rumah. Walaupun sempat dihadang hujan salju yang lebat, aktivitas ini tidak berhenti, karena semua pekerjaan dilakukan di dalam ruangan rumah kaca atau pun gudang, sehingga perkerja bisa terjaga dari badai. Hal ini sudah diperhitungkan oleh pihak pertanian demi mencapai target sesuai yang diinginkan.

Ada rasa senang dan bangga ketika semua produk Nanakusa bisa dikemas dengan baik dan bisa melihatnya terjual di pasaran. Apalagi produk-produk ini dijual untuk keperluan kesehatan.




Bubur Nanakusa sendiri dimakan untuk mengistirahatkan perut yang selama perayaan tahun baru diisi dengan berbagai macam lauk-pauk dari masakan Osechi yang sebagian besar bukan berupa sayuran. Selain itu, bubur nanakusa dipercaya menjauhkan orang dari segala macam penyakit, karena dipercaya memiliki arti untuk harapan akan kedamaian, kesejahteraan, serta kesehatan untuk keluarga.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar