Senin, 28 Februari 2022

YSEALI, Halloween Ala Pangeran Cambridge, New England

 Halloween jadi sebuah acara yang ditunggu-tunggu bagi sebagian besar orang Amerika Serikat, banyak rumah yang sudah mulai dihias dengan hiasan yang lucu hingga yang sangat menyeramkan. Halloween sendiri banyak versinya, ada yang mengatakan perayaan untuk menghormati orang yang telah meninggal ada juga yang mengatakan untuk merayakan hasil panen. Karena itu pula akhirnya, ada rumah yang memajang hal-hal yang menyeramkan, ada juga yang memajang jagung atau labu tanah atau malah ada yang menggabungkan keduanya.

Perayaan yang dilakukan pada tanggal 31 Oktober setiap tahunnya ini akhirnya juga menjadi ajang memakai kostum, mulai dari yang menyeramkan hingga yang menggemaskan. Ada yang memakai kostum ala zombie, hantu dan berbagai aksesoris berupa tengkorak. Ada juga yang memakai kostum lucu, seperti badut, binatang bahkan ada juga yang menyerupai selebritis, ya nantinya mereka akan jadi ajang pamer, seberapa totalnya mereka berkreativitas.

Wilayah Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat tempat tinggal saya selama Program YSEALI, setiap tahunnya merayakan Halloween dan menjadi salah satu yang paling heboh dibandingkan tempat-tempat yang lain. Oleh karena itu, orang tua angkat saya meminta saya pulang lebih cepat dari kantor untuk melihat kemeriahan Halloween di Cambridge.

Benar sekali sesampai saya di jalan dekat rumah, jalan yang biasanya sepi, ramai dengan berbagai jenis mahkluk di sana, jalan tersebut ditutup untuk kendaraan bermotor, mulai dari pukul enam petang hingga tengah malam. Saya juga melihat anak-anak, tidak hanya yang berasal dari perumahan tersebut, tetapi juga dari daerah lain datang berkumpul. Hal ini menambah semangat pemilik rumah untuk menghias rumahnya dengan luar biasa, ada yang membuat tengkorak menari sambil menyanyi, ada yang membuat drama zombie berkumpul dan rapat, bahkan rumah yang tepat berada di depan rumah saya membuat video yang bisa dilihat di jendela ada hantu menari-nari, seram tapi juga keren!

Anak-anak kecil mulai berjalan memutari kompleks lengkap dengan keranjang atau tasnya, mereka berlomba-lomba untuk mengumpulkan permen atau coklat yang ada di rumah-rumah dengan mengatakan, "Trick or Treat?". Melihat mereka seperti laiknya anak-anak di Indonesia berlomba untuk mengumpulkan "salam tempel" di hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, hanya saja kostum yang mereka gunakan unik-unik.

Selain anak-anak, orang tuanya juga tidak ketinggalan, mengantarkan anak-anaknya tetapi tidak mau ketinggalan memakai kostum, bahkan ada yang melebihi anaknya. Ada satu keluarga yang menarik perhatian saya, karena mereka memakai kostum Mister Incredible, salah satu karakter animasi Pixar yang jadi favorite saya. Tidak hanya Incredible, tetapi dia juga ditemani istrinya, Elastic Girl, dan anaknya, Teletubbies? Di sini saya mulai gagal paham.

Menggunakan kostum, selain menarik perhatian, juga menjadi permainan yang menyenangkan, menebak dan menceritakan kostum yang digunakan. Saya yang awalnya ditugaskan oleh Hostmom untuk membagikan permen, tertarik untuk mengganti baju yang saya gunakan. Dan akhirnya saya memutuskan memakai kostum, pakaian tradisional Indonesia, ya Pakaian Adat Aceh yang semula sengaja saya bawa untuk dikenakan ketika masa kongres nanti di Washington.
Bersama Mister Incredible dan Elastic Girl
Tapi saya pikir ini menjadi kesempatan yang bagus untuk mempromosikan pakaian dan tempat saya berasal. Ternyata benar pikiran saya, banyak yang tertarik dengan yang saya gunakan, selain mereka tidak bisa menebak, mereka juga tertarik dengan motif bordiran yang ada di pakaian saya, tak jarang juga dari mereka menganggap saya seorang Raja, King of Cambridge! hahaha, dan di situlah cerita tentang Indonesia bermula, hehe.

Acara Halloween pun berakhir pukul 11:30 malam, ketika udara dingin sudah mulai menusuk kulit dan permen di keranjang habis dan semuanya kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat atau pun menikmati waktu bersama keluarganya, seru ya.

Kalau kalian ikut Halloween, bakal pakai baju apa?

Minggu, 27 Februari 2022

YSEALI, Menikmati Keindahan Middlesex Fells Reservation, Massachusetts

Boston selain dikenal sebagai kota Pendidikan karena adanya Harvard dan MIT, dan dikenal dengan kota penuh bangunan bersejarah, penuh dengan artis kreatif, Boston juga terkenal dengan pemandangan yang indah. Ketika saya pertama sekali mendapat info kalau penempatan saya di Boston, saya senang bukan main. Begitu juga dengan orang-orang lain yang mendengar kalau saya bakal tinggal di Boston, semua bahagia, dan akhirnya semua hidup bahagia. (Ini cerita apa)

Bukan…bukan cerita ini yang saya ingin tulis.

Boston terkenal memiliki banyak tempat asyik buat hiking. Walaupun saya di Indonesia bukan termasuk orang yang suka hiking, akhirnya saya mencoba hiking di sini, karena ternyata hiking jadi salah satu kegiatan yang sering dilakukan masyarakat di sini, begitu juga dengan mahasiswa Indonesia yang belajar di sini. Saya sebenarnya mendapat undangan dari salah satu mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Harvard, sebut saja Namanya Waskito dan langsung saja saya iyakan. seperti kata YSEALI, "Never say No". Ya selain saya penasaran dengan tempat yang akan kami tuju, ternyata Waskito mengajak teman-teman Mahasiswa Indonesia yang lain dari kampus yang lain di Boston, sepertinya bakal menyenangkan.

Rute hiking Middlesex Fells
Walaupun sempat tertunda karena perbaikan jalur kereta api dari Harvard ke MIT, akhirnya saya bertemu dengan Waskito, Nanda, Kuni dan Vadya. Kami memutuskan untuk hiking di Middlesex Fells Reservation. Middlesex Fells Reservation salah satu tempat favorit untuk hiking yang ada di sekitar Boston. Untuk menuju ke sana kita menggunakan kereta api menuju akhir dari Orange Line ke Oak Grove, setelahnya mengambil bus tujuan Middlesex Fells.
Valdya, Kuni, Nanda dan Waskito memastikan rute hiking dengan teliti, saya mah ngikut aja ^ 3 ^
Bear Hill Tower
Skyline Trail, rute hiking di puncak bukit 
Perhentian pertama di North Reservoir

Perhentian terakhir di Pine Hill, dari sini kita bisa melihat skyline Kota Boston dan perumahan di sekitar, dan kalau lagi musim gugur akan melihat pohon yang berwarna-warni.
Hijrah, Valdya, Kuni, Nanda, dan Waskito di Pine Hill Middlesex Fells
Note : 

Untuk jadwal perjalanan menuju ke sana coba diperhatikan waktunya di applikasi google map, karena bus menuju Middlesex Fells tidak ada setiap jam.
Lihat rute perjalanan menggunakan aplikasi atau kalau butuh peta yang hardcopy, carilah mini market terdekat, biasanya mereka punya.

Kamis, 24 Februari 2022

YSEALI, Menemukan Islam di Boston

Alhamdulillah, bersyukur di kantor Artists for Humanity toleransi beragama dan beribadah sangat baik. Saya diizinkan untuk melakukan salat lima waktu dan juga mendapatkan izin untuk melakukan salat Jumat di masjid.

Setelah melewati beberapa stasiun subway dari kantor saya, akhirnya saya sampai di Masjid Islamic Society of Boston Cultural Center (ISBCC) yang terletak di Roxburry, Massachusetts. Baru sampai saja terlihat banyak wanita bercadar yang berlalu lalang di sekitar stasiun, sepertinya kawasan ini banyak didiami atau dikunjungi umat Islam di Boston dan sekitarnya.

Masjid Islamic Society of Boston Cultural Center (ISBCC)

Masjid ISBCC tidak hanya menjadi pusat ibadah tetapi juga segala jenis kegiatan yang berkaitan dengan Islam dan pandangan hidup umat Islam. Ada beberapa tempat yang ditampung dan juga aktivitas yang bisa ditemui disini, seperti sekolah, kafe, toko souvenir dan menyediakan tempat untuk aktivitas lain seperti, akikah juga lainnya.

Sesampainya di Masjid ISBCC, saya melihat pemandangan yang luar biasa, mulai dari bangunan yang kontras dengan bangunan di sekitarnya. Selain lantunan ayat suci dan azan yang dikumandangkan dengan merdu oleh bilal-nya, menjadi daya tarik tersendiri, menciptakan suasana kerinduan di Aceh maupun Indonesia. Ya kalau di Indonesia rasanya sangat mudah mencari masjid, disini butuh perjuangan lebih untuk mencapainya.

Setelah saya selesai berwudhu dan masuk ke kamar, saya melihat begitu banyak jamaah yang hadir pada saat itu, semuanya berbeda dari India, Cina, Amerika, Arab dan bahkan dari Afrika. Dan saya lihat juga banyak jemaah wanita yang mengikuti salat Jumat, tidak hanya di lantai satu tapi juga di lantai dua.

Bersama Bpk. Shakh Yasir Fahmy

Usai salat saya bertemu dengan Pak Syakh Yasir Fahmy yang menjadi khatib dan imam pada hari Jumat itu. Orangnya ramah dan bacaan Al-Qur'annya yang merdu bikin tenang. Dia mengatakan selalu ada orang yang datang untuk bertanya atau berdiskusi. Masjid ini juga dapat menampung hingga 1400 orang dan selalu terbuka bagi siapa saja yang datang untuk mengenal Islam dan belajar tentang Islam.

Ada juga paket wisata yang dapat diikuti baik secara pribadi maupun berkelompok, setiap hari mulai pukul 10.00 hingga 18.00 waktu setempat, namun untuk mengikuti paket tersebut peserta diharuskan membuat janji terlebih dahulu. Saat itu saya melihat sekelompok yang duduk membuat lingkaran untuk berkeliling dan bertanya dengan ISBCC.

Tour mengenal islam

Selain itu banyak program yang dibuat khusus untuk siapa saja, untuk ibu, untuk mualaf dan untuk pemuda dan anak-anak, semuanya dibuat untuk menghidupkan masjid, menjaga silaturahmi dengan jamaahnya dan untuk meningkatkan keimanan.

Menarik ya? Semoga ini bisa menjadi contoh yang baik bagi kita, khususnya bagi masjid-masjid di Aceh.

Minggu, 20 Februari 2022

YSEALI, Mengunjungi MIT, Pusatnya Para Peneliti Terbaik di Dunia

Massachusetts yang berpopulasi sekitar 560.000 jiwa dan terletak pada ketinggian 6 meter di atas permukaan laut, terkenal sebagai daerah Pendidikan. Ada paling tidak 32 perguruan tinggi di wilayah dalam Kota Boston dan sekitar 65 perguruan tinggi jika dihitung hingga batas pinggiran luar kotanya. Karena itu setiap tahun, biasanya di bulan September, populasinya membengkak dengan sekitar 130.000 mahasiswa yang datang dari penjuru dunia, termasuk saya, hehe ngarep.

Dari sensus tahun 1990 tercatat bahwa separuh dari penduduk Boston, yang disebut Bostonian, adalah mahasiswa. Fakta selanjutnya menunjukkan bahwa Boston mempunyai angkatan kerja yang berpendidikan terbaik di seluruh Amerika, hebat ya.

Massachusetts Institute of Technology
Salah satu universitas terbaik yang akan saya ceritakan saat ini adalah MIT, bagi yang suka baca Komik Q.E.D karya Motohirou Katou pasti tidak asing lagi dengan kampus ini. Kampus-nya So Toma, Massachusetts Institute of Technology atau MIT adalah institusi riset swasta dan universitas yang terletak di kota Cambridge, Massachusetts, tepatnya di seberang Sungai Charles dari distrik Back Bay, kurang lebih tiga kilometer dari Universitas Harvard. Kita bisa menggunakan subway atau pun bus dari Harvard atau pun sebaliknya.
Sekolah ini didirikan tahun 1861 oleh William Barton Rogers. dan baru pada tahun 1916 pindah ke kompleks yang sekarang ini. Bidang-bidang studi yang dipelajari di MIT di antaranya Architechtur and Planning, Engineering, Humanities, Social Science, Health Science and Technology juga Management.   Dalam kurun waktu 60 tahun belakangan ini, MIT telah mengembangkan cabang lain seperti manajemen, ekonomi, ilmu politik, dan biologi.

MIT hingga kini menjadi andalan Amerika di bidang riset dan pengembangan khususnya yang berkaitan dengan industri elektronika dan komunikasi. Pada tahun 1929, komputer yang pertama kali dikembangkan di MIT, yang kemudian memantapkan posisinya sebagai yang terdepan di bidang teknologi tinggi (hi-tech). Ditunjang oleh semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang hi-tech di wilayah ini, maka tidak heran kalau MIT bangga dengan mengidentikkan dirinya sebagai A Campus Built For Innovation.
A Campus Built For Innovation
Departemen dan sekolah yang paling terkenal adalah Lincoln Laboratory, Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory, Media Lab, Whitehead Institute dan Sloan School of Management. 59 dari anggota dari komunitas MIT telah memenangkan Penghargaan Nobel.

Kampus MIT Terbagi menjadi 2 bagian oleh Massachusetts Avenue, dengan asrama mahasiswa dan fasilitas untuk mahasiswa terdapat di sebelah barat dan sekolahnya di sebelah timur. Juga terdapat jaringan kereta api dekat Kendall Square yang terletak di sebelah timur laut kampus ini. Di sekeliling bangunan kampusnya terdapat banyak sekali perusahaan teknologi.
MIT Dome, makes everyone can fly ^ 3 ^
Berbeda dengan Harvard, mahasiswa di sini terlalu serius, hehe. Tapi wajar dengan prestasi dan hasil yang mereka dapatkan. Yang menarik dari kampus ini, ada banyak scuplture unik dan futuristik. Selain itu, jadi tempat favorite saya dan teman-teman Bostonian YSEALI Profellows lainnya untuk nongkrong menikmati pemandangan Kota Boston dari seberang.

YSEALI, Melihat Bunker Hill Monument, Boston

Perjalanan saya ke sini termasuk perjalanan dadakan yang tidak direncanakan, dikarenakan ketika saya dalam perjalan ke kantor, tetapi saya mendapat informasi dari supervisor bahwa kantor lagi dalam masa renovasi, jadi saya boleh datang agak siang, alhasil saya memutar otak untuk mengisi waktu luang saya, dan akhirnya saya memutuskan untuk memutar jalur dari Red Line menuju Orange Line.

Ada satu tempat yang selama ini membuat penasaran karena bentuknya mirip dengan monumen yang ada di Washington DC, selama perjalanan ke kantor, ketika melewati Sungai Charles, saya melihat monumen ini dekat dengan Jembatan Leonard P. Zakim.

Untuk menuju ke sini saya merubah line saya dari Red Line menuju Orange Line dan berhenti di stasiun Bunker Hill Community College, dari situ kita perlu berjalan sekitar 15 menit berjalan kaki menuju monument. Cukup jauh, tapi ada banyak tempat menarik yang kita bias lihat selama perjalanan, seperti Charlestown Vietnam Veterans Memorial, dan Boston Park Recreation. 
Ada kurang lebih 294 anak tangga untuk menuju puncak
Boston Park Recreation
Monumen Bunker Hill adalah monumen yang berbentuk obelisk yang berada di Charles Town, Boston, Massachusetts, salah satu tempat yang menjadi saksi sejarah Revolusi Amerika. Monumen ini menjadi tujuan akhir dalam perjalan Freedom Trail Boston.

Bangunan yang dirancang oleh Solomon Willard memiliki tinggi 67 m, lebih rendah 102 meter dari Washinton Monument. Dibuka sejak Tahun 1843 mulai 9.30 hingga 17.00 dan tidak dipungut biaya sama sekali.
Museum Bunker Hill
Isi dalam Bunker Hill Monument, terdiri peta, lukisan, patung dan barang-barang peninggalan perang
Ada kurang lebih 294 anak tangga untuk menuju puncak
Monument Bunker Hill
Setelah selesai melihat isi monument, saya memutuskan untuk naik ke dalam monument Bunker Hill yang katanya kita melihat keindahan Kota Boston dari atas, tapi ternyata harapan dan kenyataan tidak sejalan, bukan… bukan pemandangannya yang jelek, Jujur saja ketika saya menaiki yang berjumlah 294 anak tangga bikin kaki saya gemeteran, akhirnya ketika sampai di anak tangga ke- 110 saya memutuskan untuk berhenti, karena kaki sudah gemeteran, napas udah ngos-ngosan, kepala udah pusing, ngga papa ngga bisa lihat pemandangan indah di atas, yang penting saya selamat, hehe, saya memutuskan untuk turun, hehe, ngga kuat abang dek.

Tapi buat kalian yang kuat, jangan lewatkan kesempatan sampai puncak ya.

Akhirnya saya memutuskan untuk berfoto di depan monument Bersama Patung Kolonel William Prescott yang terkenal dengan “don't fire til you see the whites of their eyes."

Monumen & Museum Bunker Hill, Boston National Historical Park Monument Square
Charlestown, MA
www.nps.gov/bost

Museum:
September - Juni, setiap hari 9:00 pagi - 5:00 sore
Juli - Agustus, setiap hari 9:00 pagi - 6:00 sore
Monumen:
September-Juni, setiap hari 9:00 pagi - 4:30 sore
Juli - Agustus, 09.00 - 17.30
Tutup: Thanksgiving, Natal, Tahun Baru 

Sabtu, 19 Februari 2022

YSEALI, Menyusuri The Freedom Trail Boston

Saat saya bertanya kepada teman saya yang lama tinggal dan kuliah di Boston, tempat mana saja yang harus saya kunjungi ketika di Boston, dia menjawab, “ada banyak tempat yang bisa dikunjungi daaan….. harus mencoba Freedom Trail!”

Freedom Trail? Apa itu?

Rasa penasaran saya terjawab ketika saya sampai di Boston.

Boston The Freedom Trail Sign
Boston memang kota bersejarah di Massachusetts, ada banyak sekali bangunan bersejarah di sana. Tidak hanya bangunan bersejarah saja, tetapi peristiwa bersejarah di sana dikemas dalam paket yang menarik, jadi kita bisa merasakan cerita-cerita masa lalu Boston hadir lagi di kota.

Kita akan menyusuri Freedom Trail di Boston yang ditandai dengan jalur Bata Merah, kita bisa menyusuri 16 tempat bersejarah di Boston yang terkait dengan Revolusi Amerika.

Kita bisa berjalan kaki selama kurang lebih 4 jam tour atau menggunakan bus atau mobil bebek. Untuk mulainya bisa dari mana saja, asalkan kita mengikuti jalurnya, tetapi lebih disarankan mulai dari Boston Common Visitor Center dan berakhir di Bunker Hill Monumen di Charles Town.

Urutan tampat yang bisa dikunjungi kalau menyusuri Freedom Trailnya adalah : Visitor Center – State House – Granary Burying Ground – King’s Chapel – Old Corner Bookstore – Old South Meeting House – Boston Old State House (dekat stasiun State Street) – Boston Massacre Site –Faneuil Hall – Paul Revere House – Old North Church – Copp’s Hill Burying Ground – Bunker Hill Monument.
Boston The Freedom Trail Rute

Saya dan teman-teman Profellows YSEALI lainnya, Seng Thong (Laos), Archie (Philipine) dan Sreneang (Cambodia) menyusuri mulai dari Faneuil Hall dengan rute yang random sampai kami capek, hehe.
Bus yang bisa dipakai untuk tour

Boston Duck Tours yang bisa berjalan di atas air
1. Boston Common
Perjalanan bisa kita mulai dari Boston Common, taman tertua yang ada di Amerika Serikat, pada awalnya digunakan sebagai ladang peternakan domba yang kemudian dipakai sebagai tempat pelatihan militer.

2. Massachusetts State House
Dibangun pada Tahun 1798, digunakan sebagai pusat pemerintahan Massachusetts. Boleh dikunjungi setiap jam 9 pagi hingga 5 sore.

3. Boston Massacre Site

























4. Boston Old State House
5. Copp’s Hill Burying Ground 
Copp's Hill Burying Ground
6. Old South Meeting House
7. Faneuil Hall 
8. Bunker Hill Monument.
Bunker Hill Monument
Menariknya selama perjalanan Freedom Trail, kita akan bertemu dengan orang-orang yang memakai pakaian tempo dulu, dan biasanya mereka akan menjelaskan tentang Freedom Trail dan mau berfoto dengan kita, menarik ya.
Faneuil Hall

YSEALI, Menikmati Kehidupan Abad 17 New England

Mengunjungi Plymouth Plantation, salah satu desa wisata yang ada di Boston menjadi kenangan tersendiri. Ada sebuah desa yang terbentuk sejak abad ke-17, penduduknya berasal dari Inggris dan menetap di Amerika. Pada mulanya mereka pindah dari Inggris untuk mencari tempat yang menetap yang baru, karena peristiwa ini juga, Boston sering disebut sebagai Inggris yang baru atau yang dikenal dengan New England.

Plymouth Plantation

Di Plymouth Plantation juga kita bisa melihat dan merasakan langsung bagaimana kehidupan masyarakat di sana saat itu. Cara mereka berpakaian dan beraktivitas persis seperti saat itu, dan menariknya mereka akan menceritakan peran yang mereka mainkan dan apa cerita di baliknya.

Bersama tukang kayu Plymouth
Misalnya seorang petani, apa yang dia lakukan, tinggal di rumah yang mana, tanaman apa saja yang mereka tanam, hingga permainan apa saja yang mereka main. Nantinya pengunjung akan melihat setiap rumah dan isinya, serta kegiatan apa saja yang dilakukan di rumah. Bahkan kegiatan mengumpulkan orang-orang untuk rapat warga dengan genderang pun ditampilkan, jadi kita benar-benar seperti berada di zaman itu.

Selain itu kita juga bisa bertemu dengan penduduk asli Wampanoag yang tinggal di rumah mereka yang terbuat dari daun atau kulit kayu, cara mereka memasak, membuat perahu kayu dan cerita menarik lainnya. Menariknya yang berperan sebagai penduduk di sana adalah ilmuwan ataupun lulusan perguruan tinggi yang menggeluti sejarah atau sosiologi. Jadi mereka bisa sekaligus mempraktekkan ilmu yang mereka punya dan juga bisa menyelesaikan riset mereka. Dan pekerjaan yang mereka lakukan di sana sebagai volunter.
Selain bisa menikmati kampung sejarah, kita bisa melihat aktivitas menarik lainnya di pondok souvenir, seperti membuat gerabah, membuat roti, dan membuat lilin dari sarang lebah hingga menganyam.
Penduduk Asli Wampanoag yang diperankan oleh mahasiswa

Plymouth Plantation sendiri terletak di Plymouth yang memakan waktu sekitar satu jam 30 menit perjalanan dari Boston dengan menggunakan bus. Buka setiap hari mulai dari pukul 09:00 hingga 17:00 waktu setempat. Harga tiket mulai $28 hingga $36.

Menikmati Pie ala abad 17
Sebenarnya konsep ini bisa dikembangkan dan akan menjadi hal yang menarik di Aceh, apalagi Aceh memiliki banyak sekali cerita sejarah yang akan menarik banyak wisatawan dan akan menjadi media pembelajaran untuk masyarakat agar mencintai sejarah dengan cara yang benar dan menarik.

*Peserta Program  The Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Profesional Fellows Economic Empowerment Fall 2017 mewakili Indonesia.

YSEALI, Tempat-tempat yang Wajib Kamu Kunjungi di Universitas Harvard

Mengunjungi Universitas Harvard menjadi salah satu agenda yang tidak boleh dilewatkan kalau kita datang ke Massachussetts apalagi kalau tinggaldi Cambridge dan sekitarnya. Terkenal sebagai salah satu kampus terbaik di Amerika Serikat bahkan di dunia. Siapa yang tidak mengenal Universitas Harvard, perguruan tinggi ini telah mencetak sarjana yang berkelas.

Terminal Bus Harvard
Harvard hampir selalu bertengger di puncak peringkat universitas ternama di dunia dan termasuk kampus yang tertua di Amerika. Lokasinya sendiri sebenarnya berada di Cambridge, tetapi karena berdekatan dengan pusat Kota Boston, jadi lebih sering diketahui sebagai salah satu kampus di Boston.

Kampus ini dirintis pada tahun 1636 oleh sembilan mahasiswa dan seorang dosen bernama Jhon Harvard of Charleston. Seorang pastor yang menyumbangkan perpustakaan dan tanahnya. Awalnya bernama College at Newtowne, namun pada tahun 1638 diganti menjadi Harvard College dan pada 1780 diubah menjadi Harvard University.
Patung John Harvard

Sekarang sudah kurang lebih 21.225 pekerja dan luas wilayahnya mencapai 85 ha, semuanya banyak didapat dari sumbangan dari mahasiswa yang dulunya pernah belajar atau hibah dari keluarganya. Hal ini menunjukan betapa mereka mendukung penuh perkembangan pendidikan di sini.

Kampus ini pun didukung dengan peralatan praktek perkuliahan yang canggih dan modern, mahasiswanya pun diberikan kebebasan untuk melakukan penelitian. Harvard juga menerima mahasiswa berasal dari keluarga tidak mampu dan menggratiskan biaya kuliah. Harvard terkenal dengan warna merah bata atau Crimson dengan mottonya Veritas, berasal dari Bahasa Latin yang berarti kebenaran. Karena penuh dengan bangunan tua dan sejarah yang menarik, selalu ada penawaran paket wisata untuk berkeliling kampus, kita cukup membayar $12 untuk mengikuti paketnya. Jadwalnya sendiri setiap setengah jam, mulai dari pukul 10:00 hingga 16:30 waktu setempat.

Tour Harvard dimulai dari sini
Universitas Harvard memilki sembilan fakultas ternama, yaitu Harvard Faculty of Arts and Sciences, Harvard Medical School, Harvard Divinity School, Harvard Law School, Harvard Bussiness School, Harvard Graduate School of Design, Harvard Graduate School of Education, Harvard School of Public Health dan Kennedy School of Government. Dan semua fakultas ini didirikan sejak abad ke-19.

Saya tinggal di Cambridge, jaraknya hanya 15-20 menit berjalan kaki menuju Harvard University dan hampir setiap hari melewatinya, karena termasuk dalam rute perjalanan ke kantor. Tapi kali ini saya dapat kesempatan berharga berkeliling Harvard ditemani oleh mahasiswa Harvard yang berasal dari Indonesia. Menariknya karena saya bisa masuk ke beberapa tempat yang hanya khusus bisa dimasuki oleh mahasiswa dan saya mendapat tour lengkap dengan gratis, hehe.

Ada beberapa tempat menarik yang saya kunjungi di Universitas Harvard melalui paket tour di Harvard yaitu:

1. Patung John Harvard
Patung John Harvard menjadi lokasi favorit untuk foto, dan ada mitos yang beredar jika bisa foto dan memegang ujung sepatunya yang berwarna emas itu, maka anak kita akan bisa kuliah di sana.

2. Gerbang Johnston
Harvard memiliki 26 gerbang besar dan kecil yang mengelilinginya. Gerbang Johnston ini berada di tengah, menurut mitos hanya boleh dilewati dua kali, jika lebih dari itu maka akan membuat mahasiswa di DO. Namanya sendiri diambil dari nama seorang mahasiswa Samuel Johnston yang menyumbangkan 10.000 dolar untuk pembangunan gerbang tersebut.

3. Perpustakaan Harry Elkin Widener
Perpustakaan Widener, perpustakaan ini termasuk nomor dua terbesar di dunia setelah perpustakaan Kongres AS. Nama perpustakaan ini diambil dari nama mahasiswa yang lulus dari Harvard dan menyumbang dananya untuk pembangunan perpustakaan. Dananya diberikan oleh keluarganya karena Harry sendiri meninggal sebagai salah satu korban Kapal Titanic pada tahun 1912.

Perpustakaan Harry Elkin Widener
Perpustakaan ini terdiri dari lima lantai di atas tanah dan empat lantai di bawah tanah. Memiliki koleksi buku cetak mencapai 15 juta judul, buku digital mencapai 18 juta judul dan jumlah foto ada 8 juta buah. Super lengkap! Menariknya mahasiswa bisa mengajukan judul atau jenis buku yang ingin dibaca tetapi tidak ada di perpustakaan dan akan dicari.

4. Harvard Art Museum
Museum yang berisi karya-karya seni yang dibuat oleh manusia dari jaman dahulu dari 4.000 tahun sebelum masehi hingga modern dari beberapa negara. Mulai dari Asia, Timur Tengah, Romawi, Yunani dan masih banyak lagi, sehingga kita tahu perkembangan karya seni di dunia.
Harvard Law School
5. Harvard Law School
Salah satu fakultas yang diincar banyak orang hebat dan menghasilkan banyak orang-orang hebat di dunia, salah satunya Presiden Obama. Wajar jika fakultas ini dijadikan salah satu fakultas terbaik. Dan ketika saya mengunjungi perpustakaanya di akhir pekan masih banyak mahasiswa yang belajar dengan serius di sana.


6. The Coop
Nah yang ini wajib buat yang ingin punya merchandise Harvard, ada banyak koleksi lengkap dengan desain Harvard, mulai dengan kaos, hoodie, sweater yang berwarna merah bata khas Harvard atau hanya sekedar huruf H besar di semua produknya, dan saya suka, karena H for Hijrah, hahaha. Sebenarnya ada banyak lagi outlet yang menjual merchandise Harvard di sekitaran kampus, tapi di The Coop koleksinya lengkap dan kualitas terjamin.
Menarik ya, paket tour berkeliling kampus Harvard University termasuk banyak peminatnya, termasuk peringkat pertama sebagai atraksi wisata versi Tripadvisor. Untuk sebagian mahasiswa Harvard yang membuka tour keliling Harvard, yaitu membuka kesempatan untuk mahasiswa yang tertarik dengan sejarah.

Mereka juga bisa mendapatkan tambahan uang untuk kebutuhan kuliah, melatih mereka untuk bercerita, dan meningkatkan kecintaan terhadap kampusnya, saya melihat beberapa mahasiswa yang menjadi pemandu terlihat sangat antusias bercerita tentang kampusnya ini.

YSEALI, Volunteering di Rosie's Place, Boston

Menjadi seorang volunteer atau relawan sudah saya kerjakan ketika saya menjadi mahasiswa Membantu orang lain sebenarnya membantu diri sendiri, tidak hanya membuat kepuasan batin tapi juga nantinya kita akan mendapatkan balasan dari tempat yang lain ketika kita membutuhkan. Karena di dalam Alquran Surah Arrahman 60 sudah dijanjikan juga, "tidak ada balasan kebaikan melainkan juga kebaikan."

Kali ini saya mendaftarkan diri menjadi volunteer di Rosie's Place Boston. Rosie's Place adalah tempat untuk melindungi perempuan-perempuan yang tidak memiliki rumah di Boston dan sekitarnya. Sejak 1974 Rosie's Place sudah menjadi tempat perlindungan bagi perempuan yang malang yang tidak punya tempat tinggal. Membantu mereka dengan mengajarkan keterampilan yang berguna untuk mereka melanjutkan ke hidup yang lebih baik.

Saya mengirimkan email kepada manajer Rosie's Place untuk mendapatkan informasi tanggal dan jam yang tersedia untuk melakukan volunteering di sana. Alhamdulillah akhinya dapat jadwal yang pas, yaitu Jumat pagi pukul 10:30 hingga siang hari pukul 13:30. Jadwal volunteering di sana padat, ada banyak sekali anak-anak muda yang tertarik untuk bergabung melakukan volunteering di sana, jadi terkadang harus menyesuaikan kesediaan tempat dan waktunya.

Di saat yang bersamaan ternyata ada volunteer lain ikut bergabung pada hari itu, saya bersama salah satu teman YSEALI Program, Seng dari Laos dan beberapa mahasiswa dari Universitas Harvard dan Universitas Boston. Mereka adalah Cester, Alexa dan Kim.

Bersama Cester dari Harvard University dan Seng Thong sesama YSEALI Profellows

Kami bertugas menyiapkan makanan di dapur untuk perempuan-perempuan yang datang ke sana, yang rata-rata sudah berusia paruh baya menjelang lansia. Tidak hanya makanan, di sana mereka juga bisa mendapatkan perlengkapan kebutuhan perempuan. Saya sempat bingung ketika seorang ibu datang menghampiri dan meminta pembalut kepada saya, soalnya di ruang makan, ditanyain pembalut dan kondom, aneh ya? Dan ternyata ada! haha. Pembalut, popok dan pengaman memang disediakan di sana, setiap yang datang boleh meminta, tapi juga dibatasi, setiap orang hanya boleh membawa tiga kotak saja.

Persiapan Roti untuk para gelandangan wanita
Sempat juga mencicipi makanannya dan ternyata enak sekali, jadi walaupun gratis, tidak ada makanan yang diberikan dengan rasa asal-asalan, ada koki khusus yang memang mengontrol kualitas masakan.

Tantangannya adalah ketika melakukan volunteering di Rosie's Place ada banyak. Salah satunya bahasa, karena yang datang ke sana adalah orang-orang yang asing, siapa saja boleh datang. Itu artinya ada banyak yang datang dari berbagai etnik dan bahasa ditambah lagi dengan aksen yang saya belum pernah dengar sebelumnya.

Bekerja dengan orang yang belum kita kenal sebelumnya, tapi jadi pengalaman menarik karena punya tujuan yang sama untuk melayani dan membantu orang lain. Belajar dengan sistem yang professional, karena walaupun kita bekerja secara sukarela, sistem kerja yang dipakai adalah sistem kerja pekerja professional. Kebersihan harus terjaga, melayani dengan penuh penghormatan, menyiapkan segalanya teratur, tertata rapi dan tepat waktu.
Bersama teman-teman Professional Fellowship YSEALI dari Laos, Vietnam dan Cambodia

Kalau teman-teman ditantang menjadi volunteer, kira-kira mau bekerja di mana?

Pernah dimuat di Portalsatu : http://portalsatu.com/read/Citizen-Reporter/menjadi-volunteer-di-rosies-place-37059